Pages

P'O Store

Kamis, 25 Februari 2016

Jenis-Jenis Pupuk Organik

Hello kawan!! Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas jenis-jenis pupuk organik. 
Semoga bermafaat. :-)

Dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemui berbagai jenis pupuk organik yang dapat menjadikan tanah menjadi subur. Diantara jenis pupuk organik antara lain:

1. Pupuk  hijau
Pupuk hijau adalah pupuk yang terdiri dari daun-daunan yang mudah membusuk dalam tanah. Daun-daunan dapat langsung dimasukkan ke dalam tanah sebagai pupuk hijau. Unsur hara yang terdapat pupuk hijau misalnya: N, P, K, dan unsur lainnya. Contoh pupuk hijau yang mudah didapat adalah sisa hasil pertanian. Sisa hasil pertanian banyak mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman. Pengembalian sisa tanaman diperlukan untuk mengembalikan unsur-unsur yang diambil tanaman unutk pertumbuhannya kembali lagi ke lahan pertanian. Upaya ini untuk menjaga kesuburan tanah.

Pengembalian sisa tanaman perlu memperhatikan agar proses peruraian bahan organik tidak mengganggu tanaman musim tanam berikutnya. Penanaman tanaman sebaiknya menunggu proses peruraian sempurna. Pada saat proses peruraian bahan organik jika terdapat tanaman bisa menyebabkan tanaman sakit. Perlu diperhatikan agar proses peruraian bahan organik tidak mengganggu kesehatan tanaman. Proses peruraian bahan organik tergantung jenis bahan/sisa tanaman.

2. Pupuk Kompos
Kompos adalah peruraian bahan organik oleh jasad renik (mikrobia). Pemberian kompos tidak hanya memperkaya unsur hara bagi tanamn, namun juga berperanan dalam memperbaiki struktur tanah, tata udara dan air dalam tanah, mengikat unsur hara dan memberikan makanan bagi jasad renik yang ada dalam tanah sehingga meningkatkan peran mikrobia dalam menjaga kesuburan tanah.

3. Pupuk kandang
Pupuk kandang merupakan pilihan pupuk organik yang bisa dimanfaatkan. Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang tersebut tergantung dari jenis ternak dan makanan ternak yang diberikan, air yang diminum, umur ternak, dll. Hindarkan pemakaian pupuk kandang yang masih baru, sebab pupuk kandang yang masih baru belum masak benar, dan suhunya masih tinggi.

4. Pupuk cair
Banyaknya kandungan unsur hara yang ada di dalam lahan pertanian yang ada di lahan saudara dapat dilihat secara sederhana dari  penampakan warna tanaman di lahan saudara. Misalnya ada tanaman yang kelihatan hijau sementara yang lainnya terlihat kekuningan. Tanaman hijau menggambarkan bahwa tanah tersebut mempunyai cukup unsur hara. Sedangkan tanaman yang berwarna kuning biasanya menunjukkan bahwa tanah tersebut tidak cukup mempunyai unsur hara.

Untuk memudahkan unsur hara dapat diserap tanah dan tanaman bahan organik dapat dibuat menjadi pupuk cair terlebih dahulu. Pupuk cair menyediakan nitrogen dan unsur mineral lainnya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, seperti halnya pupuk nitrogen kimia. Kehidupan binatang di dalam tanah juga terpacu dengan penggunaan pupuk cair. Pupuk cair tersebut dapat dibuat dari kotoran hewan yang masih baru. Kotoran hewan yang dapat digunakan misalnya kotoran kambing, domba, kelinci atau ternak lainnya.

5. Pupuk daun
Pupuk daun akan menjadikan tanaman lebih baik dan sehat. Pemberian pupuk daun diberikan melalui pencampuran pupuk dengan tanah agar diserap melalui akar.

Banyak petani menanam tanaman yang lebih sehat dengan pemakaian pupuk. Pupuk memberi makan pada tanaman dalam bentuk hara untuk membuat tanaman lebih kuat. Biasanya pupuk dicampur dengan tanah dan di serap tanaman melalui perakaran. Pupuk daun masuk ke dalam tanaman melalui lubang-lubang kecil pada daun yang disebut mulut daun (stomata). Lubang-lubang ini membuka dan menutup dan begitu kecil, sehingga kita tidak dapat melihatnya

Tanaman bernapas melalui lubang-lubang kecil tersebut. Lubang-lubang kecil tersebut juga digunakan tanaman untuk mengambil unsur hara dari udara. Mulut daun ini biasanya terbuka sepanjang malam sampai pagi hari, dan tertutup  pada tengah hari untuk menjaga kelembaban.

Mungkin kita sering menggunakan pupuk daun sebagai penambah unsur hara bagi tanaman agar tumbuh lebih sehat dan kuat dan tumbuh lebih cepat sehingga mampu melawan hama dan penyakit.

Pupuk daun biasanya dibuat dari bahan yang mengandung hara yang diperlukan tanaman seperti besi, belerang, nitrogen dan kalium. Pemberian hara tambahan ini pada tanaman akan membantunya tumbuh lebih kuat dan lebih sehat.

Pupuk daun dapat dibuat dari tanaman-tanamn lokal yang ada di sekitar kita yang mengandung unsur-unsur besi, belerang, nitrogen dan kalium. Tanaman tersebut misalnya sejenis Solanum nigrum/terung leuca.

6. Bokashi
Bokashi adalah salah satu cara untuk membuat pupuk organik yang juga mudah dilakukan. beberapa jenis bokashi antara lain :
Bokashi Jerami dan Bokashi Pupuk Kandang
Bokashi Pupuk Kandang Ditambah Arang
Bokashi Pupuk Kandang Ditambah Tanah
Bokashi Ekspres (Sehari langsung jadi)

7. Pupuk KCl
Pupuk KCL sebenarnya dapat dibuat sendiri dari rendaman sabut kelapa meski kandungan KCl-nya tidak sebesar kandungan pupuk KCL dari pabrik.


Selasa, 23 Februari 2016

Beberapa Istilah Bertani di Daerah Jawa

            Berapa langkah atau cara dalam bertani dalam bahasa jawa menggunakan istilah tertentu. Hal ini menjadi kekayaan bahasa jawa yang memang memiliki kehidupan yang erat dengan bertani. Jawa adalah wilayah agraris sehingga peristilahan yang ada tidak bisa lepas dari dunia bertani. Beberapa istilah itu masih dikenal hingga sekarang walaupun kadang sudah jarang dilakukan karena perkembangan peralatan dan teknologi pertanian. Beberapa istilah dalam bertanam padi yang sering digunakan adalah sebagai berikut:

1.        Macul
Macul atau dalam bahasa indonesia adalah mencangkul, merupakan istilah umum yang digunakan untuk pengerjaan lahan dengan menggunakan cangkul. Dalam bahasa jawa cangkul adalah pacul. Namun macul jarang berkaitan dengan mananam padi karena identik dengan menggarap lahan dalam kondisi kering. Karena menggarap lahan dalam kondisi basah bisa lain istilah. Biasanya macul itu menggarap lahan di kebun, tegalan atau sawah yang hendak ditanami palawija. Istilahnya beda lagi kalau menyiapkan lahan untuk ditanami ubi jalar. 

2.        Ngurit
 
Ngurit adalah istilah dalam menyiapkan bibit padi. Petani ngurit berarti petani menebar butir-butir padi di area persemaian yang telah disiapkan. Ngurit ini dilakukan beberapa minggu sebelum proses penggarapan lahan dimulai. Petani biasa menanam bibit padi antara 3-5 minggu sejak diurit.

3.        Ngkluku
 
Pekerjaan ini adalah membuka lahan dengan menggunakan luku. Luku adalah bajak dalam bahasa Jawa. Ngluku dikerjakan agar tanah berbalik sehingga tanah bisa bertukar posisi, terkena udara, dan mendapatkan sinar matahari. Ngluku dibantu dua ekor sapi atau kerbau, tergantung hewan apa yang tersedia di dareah masing-masing.

4.        Nggaru
Nggaru adalah meratakan tanah dengan menggunakan garu. Kalau luku itu menggunakan lempengan logam besar untuk membalik tanah, maka nggaru menggunakan rentang kayu bergerigi seperti sisir. gunanya untuk meratakan tanah sehingga semua permukaan air di hamparan sawah itu terairi dengan baik. Nggaru juga dibantu dengan dua ekor sapi atau kerbau.

5.        Angkler
Angkler ketika menggarap lahan yang disiapkan untuk ditanami padi. Angkler ini merupakan pekerjaan untuk menyempurnakan lahan yang sebelumnya di bajak. Bentuk pekerjaannya bisa meratakan permukaan tanah, menguruk bagian yang terlalu cekung, hingga menyempurnakan lahan yang tadinya ada paritnya dengan menutup memakai tanah sehingga rata dan bisa ditanami padi. Termasuk dalam angkler adalah membuat pematang sawah, atau biasa disebut tembok. Angkler menggunakan cangkul dan kadang dibantu sorok.

6.        Tembok
Tembok kegiatan utamannya adalah mengerjakan pematang sawah. biasanya pematang sawah dibongkar untuk diganti baru. atau kadang pula di kepras tinggal separo untuk kemudian ditambahkan dengan bagian yang baru. Biasanya tembok dikerjakan oleh pemilik lahan sementara buruh tani membajak sawah.

7.        Ndaut
Ndaut adalah kegiatan mencabut bibit dari persemaian. Ndaut ini biasanya dikerjakan setelah lahan siap dan umur bibit dirasa cukup. Petani terbiasa mempersiapkan bibit padi beberapa saat sebelum panen tanaman sebelumnya sehingga begitu pengerjaan lahan selesai, tinggal ndaut dan segera ditanami padi.

8.        Tandur
 
Tandur adalah menanam benih padi di lahan yang telah disiapkan. Tandur biasanya dikerjakan oleh ibu-ibu setelah sebelumnya ngluku, nggaru, tembok, dikerjakan oleh bapak-bapak. Dalam sebuah bentang sawah, tandur biasanya dikerjakan bersama-sama oleh beberapa ibu-ibu sehingga pekerjaan lebih cepat selesai.


9.        Matun
Matun adalah kegiatan menyiangi rumput beberapa minggu setelah padi di tanam. Matun biasanya juga dikerjakan ibu-ibu walaupun kadang bapak-bapak juga mengambil peran dalam pekerjaan ini. Matun menyiangi rumput agar tidak mengambil nutrisi tanaman padi. Kadang rumput-rumput itu bibuang ke pematang sawah, namun kadang rumput-rumput itu dibenamkan di lahan, sehingga menjadi pupuk tambahan. Matun dikerjakan dengan tangan dan kadang menggunakan alat. Namun matun dengan tangan biasanya hasilnya lebih memuaskan daripada dengan alat. Tetapi waktu yang dibutuhkan lebih lama.

10.    Tunggu manuk
Setelah padi mulai berbuah biasanya ada hama tanaman. Yang paling sering adalah burung. Burung pipit atau emprit suka sekali pada buah padi utamanya ketika masih muda. Maka petani kemudian terbiasa tunggu manuk. Bukan menunggu burung, tetapi menunggu padi dari serangan burung. Pekerjaan ini dulu diambil oleh anak-anak. Tapi kini kadang anak-anak malas dan digantikan orang tua. Tak jarang petani membangun gubuk di tengah sawah untuk kepentingan tunggu manuk ini.

11.    Derep
Derep adalah kegiatan memanen padi. Derep menggunakan alat yang bernama ani-ani. Ani-ani adalah alat dari sekeping kayu dan bambu kecil dengansebilah logam di pinggir kayu yang berfungsi sebagai pisau. pisau inilah yang digunakan untuk memotong bulir padi dari batangnya. Sebagaimana tandur, derep juga diambil perannya oleh ibu-ibu. Ibu-ibu yang derep biasanya akan mendapatkan upahnya seper sepuluh dari hasil yang ia dapatkan. Upah ini namanya bawon. Dalam kebiasaannya ibu-ibu yang derep adalah mereka yang dulunya ikut tandur. Namun bisa juga keadannya lain ketika padi di jual di sawah. Penebas biasanya membawa tenaga kerja sendiri.

12.    Nebaske
 Nebaske berarti menjual padi di sawah kepada tukang tebas padi. Ini beda dengan ketika petani memanen sendiri hasil panen mereka kemudian mengolahnya hingga jadi beras untuk dijual.


dikutip dari: http://caping.lsdpqt.org/2014/02/istilah-jawa-dalam-bertani-padi.html


Selasa, 26 Januari 2016

Jenis- Jenis Lahan Pertanian berdasarkan Bentuk Fisik dan Ekosistemnya



Lahan pertanian menurut bentuk fisik dan ekosistemnya dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu Lahan basah dan Lahan kering. Berikut ini adalah penjelasan  dua macam bentuk fisik dan ekosistem lahan pertanian, yaitu :
1.      Lahan Basah
Lahan basah atau wetland adalah wilayah-wilayah di mana tanahnya jenuh dengan air, baik bersifat permanen (menetap) atau musiman. Lahan basah adalah suatu wilayah yang tergenang air, baik alami maupun buatan, tetap atau sementara, mengalir atau tergenang, tawar asin atau payau, termasuk di dalamnya wilayah laut yang kedalamannya kurang dari 6 m pada waktu air surut paling rendah. Wilayah-wilayah itu sebagian atau seluruhnya kadang-kadang tergenangi oleh lapisan air yang dangkal.
Manfaat Lahan Basah, antara lain:
1)      Mencegah banjir
2)      Mencegah abrasi pantai
3)      Mencegah intrusi air
4)      Menghasilkan material alam yang bernilai ekonomis
5)      Menyediakan manusia akan air minum, irigasi, mck, dsb.
6)      Sebagai sarana transportasi
7)      Sebagai sarana pendidikan dan penelitian

Berikut ini adalah jenis-jenis lahan basah, diantaranya :
A.    Sawah
Sawah adalah sebidang lahan pertanian yang kondisinya selalu ada dalam kondisi basah dan kadar air yang dikandungnya selalu di atas kapasitas lapang. Sebidang sawah dicirikan oleh beberapa indicator, yaitu :
1)      Topografi selalu rata
2)      Dibatasi oleh pematang
3)      Diolah selalu pada kondisi berair
4)      Ada sumber air yang kontinyu, kecuali sawah tadah hujan an sawah rawa
5)      Kesuburan tanahnya relative stabil meskipun diusahakan secara intensif, dan
6)      Tanaman yang utama diusahakan petani padi sawah

Sawah berdasarkan system irigasinya / pengairan dibedakan menjadi beberapa macam sebagai berikut :

1)         Sawah pengairan teknis : sawah yang bersumber pengairannya berasal dari sungai, artinya selalu tersedia sepanjang sepanjang tahun, dan air pengairan yang masuk ke saluran primer, sekunder, dan tersier volume terukur. Oleh karena itu, pola tanam pada sawah teknis ini lebih fleksibel dibandingkan dengan sawah lainnya. Ciri sawah jenis ini dalam pola tanamnya sebagian besar selalu padi – padi, meskipun ada pola tanam lain biasanya terbatas di daerah – daerah yang para petaninya sudah mempunyai orientasi ekonomi yang tinggi, seperti di daerah kebupaten Kuningan dan kabupaten Garut.
2)      Sawah pengairan setengah teknis : sawah yang sumber pengairannya dari sungai, ketersediaan airnya tidak seperti sawah pengairan teknis, biasanya air tidak cukup tersedia sepanjang tahun. Pola tanam pada sawah ini biasanya padi – palawija atau palawija – padi. Sawah tipe ini banyak terdapat di daerah kabupaten Garut bagian selatan, kabupaten Cianjur selatan, dan kabupaten Sukabumi selatan.
3)      Sawah pengairan pedesaan : sawah yang sumber pengairannya berasal dari sumber-sumber air yang terdapat di lembah-lembah bukit yang ada di sekitar sawah yang bersangkutan. Prasarana irigasi seperti saluran, bendungan dibuat oleh pemerintah desa dan petani setempat, serta bendungan irigasi umumnya tidak permanen. Pola tanam pada sawah pengairan pedesaan ini biasanya padi – padi, dan padi – palawija, atau padi – bera. Petani yang melakukan padi – padi biasanya terbatas di daerah-daerah yang berdekatan degan sumber air saja, sedangkan yang jauh biasanya hanya  ditanami padi sekali saja pada musim hujan dan pada musim kemarau dibiarkan bera. Sawah jenis ini hampir di seluruh kabupaten ada namun luasanya terbatas sekali.
4)      Sawah tadah hujan : sawah yang sumber pengairannya bergantung pada ada atau tidaknya curah hujan. Sawah jenis ini biasanya terdapat di daerah-daerah yang topografinya tinggi dan berada di lereng-lereng gunung atau bukit yang tidak memungkinkan dibuat saluran irigasi. Oleh karena itu, pada sawah semacam ini pola tanamnya adalah padi – bera, padi – palawija, dan palawija – padi.
5)      Sawah rawa  : sawah yang sumber airnya tidak dapat diatur. Karena sawah ini kebanyakan terdapat di daerah lembah dan cekungan atau pantai. Kondisinya selalu tergenang air karena airnya tidak dapat dikeluarkan atau diatur sesuai dengan kebutuhan. Ciri utama sawah rawa adalah diolah atau ditanami pada musim kemarau dan dipanen menjelang musim hujan. Tanaman yang utama adalah padi rawa yang mempunyai sifat tumbuhnya mudah menyesuaikan dengan permukaan air apabila tergenang melebihi batas permukaan atau dilanda banjir. Sawah rawa banyak terdapat di kabupaten Kawarang sebelah utara, kabupaten Indramayu, dan di pulau-pulau luar Jawa, seperti Kalimantan Selatan, Jambi, Sumatera Selatan.
6)      Sawah rawa pasang surut : sawah yang system pengairannya dipengaruhi naik dan turunnya air laut (pasang laut). Ciri khas sawah pasang surut ini adalah bahwa pengolahan tanah sangat sederhana yaitu hanya pembabatan rumput pada musim kemarau menjelang musim hujan tiba dan panen pada musim hujan. Sawah rawa pasang surut ini banyak terdapat sepanjang sungai yang besar – besar seperti di Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, dan Irian Jaya.
7)      Sawah Lebak : sawah yang terdapat dikanan-kiri tebing sungai dan di delta-delta sungai yang besar. Sawah ini sumber pengairannya dari sungai yang bersangkutan. Pemasukan airnya dilakukan dengan memakai alat pengeduk seperti timba atau kincir air yang dibuat di sebelah kiri kanan sawah yang bersangkutan. Sawah jenis ini biasanya ada pada musim kemarau ketika air sungai yang bersangkutan surut, pengolahan dan penanaman pada musim kemarau dan panen menjelang musim hujan. Sawah lebak terdapat di Jawa Timur lembah Bengawan Solo, Kali Berantas, dan Delta Musi di Sumatera Selatan.
B.     Rawa
lahan genangan air secara ilmiah yang terjadi terus-menerus atau musiman akibat drainase yang terhambat serta mempunyai ciri-ciri khusus secara fisika, kimiawi dan biologis / semua macam tanah berlumpur yang terbuat secara alami, atau buatan manusia dengan mencampurkan air tawar dan air laut, secara permanen atau sementara, termasuk daerah laut yang dalam airnya kurang dari 6 m pada saat air surut yakni rawa dan tanah pasang surut. Rawa-rawa adalah gudang harta ekologis untuk kehidupan berbagai macam makhluk hidup. Rawa-rawa juga disebut "pembersih alamiah", karena rawa-rawa itu berfungsi untuk mencegah polusi atau pencemaran lingkungan alam. Dengan alasan itu, rawa-rawa memiliki nilai tinggi dalam segi ekonomi, budaya, lingkungan hidup dan lain-lain, sehingga lingkungan rawa harus tetap dijaga kelestariannya.

C.      Hutan mangrove
                        Suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut, terutama di pantai yang terlindung, laguna dan muara sungai yang tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam (Kusmana et al, 2003). Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis ”Mangue” dan bahasa Inggris ”grove” (Macnae, 1968 dalam Kusmana et al, 2003). Dalam bahasa inggris kata mangrove digunakan baik untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang surut maupun untuk individu-individu jenis tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen dan hutan payau (bahasa Indonesia). Selain itu, hutan mangrove oleh masyarakat Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Mangrove tersebar di seluruh lautan tropik dan subtropik, tumbuh hanya pada pantai yang terlindung dari gerakan gelombang; bila keadaan pantai sebaliknya, benih tidak mampu tumbuh dengan sempurna dan menjatuhkan akarnya. Pantai-pantai ini tepat di sepanjang sisi pulau-pulau yang terlindung dari angin, atau serangkaian pulau atau pada pulau massa daratan di belakang terumbu karang di lepas pantai yang terlindung (Nybakken, 1998).

D.    Terumbu karang
               Sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae. Hewan karang bentuknya aneh, menyerupai batu dan mempunyai warna dan bentuk beraneka rupa. Hewan ini disebut polip, merupakan hewan pembentuk utama terumbu karang yang menghasilkan zat kapur. Polip-polip ini selama ribuan tahun membentuk terumbu karang. Zooxanthellae merupakan suatu jenis algae yang bersimbiosis dalam jaringan karang. Zooxanthellae ini melakukan fotosintesis menghasilkan oksigen yang berguna untuk kehidupan hewan karang.

E.     Padang lamun 
Ekosistem khas laut dangkal di perairan hangat dengan dasar pasir dan didominasi tumbuhan lamun, sekelompok tumbuhan anggota bangsa Alismatales yang beradaptasi di air asin. Padang lamun hanya dapat terbentuk pada perairan laut dangkal (kurang dari tiga meter) namun dasarnya tidak pernah terbuka dari perairan (selalu tergenang). Terkadang, vegetasi lamun dijumpai setelah vegetasi mangrove dan fungsinya dapat berperan sebagai filter lumpur /tanah yang hanyut bersama air ke pantai setelah mampu lolos tertahan oleh perakaran vegetasi mangrove. Padang lamun juga dapat dilihat sebagai ekosistem antara ekosistem mangrove dan terumbu karang. Di Taman Nasional Komodo, lamun adalah sumber pakan utama duyung.

F.      Danau
 Suatu cekungan pada permukaan bumi yang berisi air. Danau dapat memiliki manfaat serta fungsi seperti untuk irigasi pengairan sawah, ternak serta kebun, sebagai objek pariwisata, sebagai PLTA atau pembangkit listrik tenaga air, sebagai tempat usaha perikanan darat, sebagai sumber penyediaan air bagi   makhluk hidup sekitar dan juga sebagai pengendali banjir dan erosi.
 Berikut ini adalah jenis-jenis danau yang ada di Indonesia :
1.      Danau Buatan / Waduk : danau yang secara sengaja dibuat oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan air pertanian, perikanan darat, air minum, dan lain sebagainya. Contoh : Waduk Jatiluhur di Jawa Barat.
2.      Danau Karst : danau yang berada di daerah berkapur di mana yang berukuran kecil disebut doline dan yang besar dinamakan uvala.
3.      Danau Tektonik : danau yang terjadi akibat adanya aktivitas / peristiwa tektonik yang mengakibatkan permukaan tanah pada lapisan kulit bumi turun ke bawah membentuk cekung dan akhirnya terisi air. Contoh yakni : Danau Toba di Sumatera Utara.
4.      Danau Vulkanik / Danau Kawah : danau yang terbentuk pada bekas kawah gunung berapi. Contoh yaitu : Danau Batur di Bali.

G.    Sungai 
Sungai adalah bagian permukaan bumi yang terbentuk secara alami dan letaknya lebih rendah dari tanah di sekitarnya dan menjadi tempat / saluran mengalirnya air tawar  dari darat menuju ke laut, danau, rawa atau ke sungai yang lain.
Ada bermacam-macam jenis sungai. Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan menjadi tiga macam yaitu: sungai hujan, sungai gletser, dan sungai campuran.
i.    Sungai Hujan : sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber mataair. Contohnya adalah sungai-sungai yang ada di pulau Jawa dan Nusa Tenggara.
ii.    Sungai Gletser : sungai yang airnya berasal dari pencairan es. Contoh sungaiyang airnya benar-benar murni berasal dari pencairan es saja (ansich)  boleh dikatakan tidak ada, namun pada bagian hulu sungai Gangga di India (yang berhulu di Peg.Himalaya) dan hulu sungai Phein di Jerman (yang berhulu di Pegunungan Alpen) dapat dikatakan sebagai contoh jenis sungai ini.
iii. Sungai Campuran : sungai yang airnya berasal dari pencairan es (gletser) ,dari hujan, dan dari sumber mata air. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Diguldan sungai Mamberamo di Papua (Irian Jaya).
 Berdasarkan debit airnya (volume airnya), sungai dibedakan menjadi 4 macam, yaitu sungai permanen, sungai periodik, sungai episodik, dan sungai ephemeral:
i.   Sungai Permanen : sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam diKalimantan. Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.
ii.   Sungai Periodik : sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak,sedangkan pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyak terdapatdi pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa Tengah.Sungai Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta serta sungai Brantasdi Jawa Timur.
iii.  Sungai Episodik : sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan padamusim hujan airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kalada di pulauSumba.
iv.  Sungai Ephemeral : sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan.Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya sajapada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.

2.      Lahan Kering
Lahan kering adalah lahan yang digunakan untuk usaha petanian dengan menggunakan air secara terbatas dan biasanya mengharapkan dari curah hujan. Lahan ini memiliki kondisi agro-ekosistem yang beragam, umumnya berlereng dengan kondisi kemantapan lahan yang kurang atau peka terhadap erosi terutama bila pengolahannya tidak memperhatikan kaidah konservasi tanah.

Lahan usahatani kering menurut keadaan fisiknya dapat dibedakan atas :
1)      Ladang : lahan usahatani kering yang bersifat berpindah-pindah. Cara terbentuknya ladang adalah sebagai berikut, hutan ditebang lalu di bakar, setelah dibakar lalu ditanami pada ladang / huma atau palawija seperti jagung, kacang-kacangan, dll. Baik yang ditanam secara tersendiri maupun dengan cara tumpangsari. Setiap lahan ladang ini biasanya hanya untuk empat sampai enam musim tanam saja, untuk selanjutnya ditinggalkan yang kemudian hari dapat dibuka kembali setelah subur kembali. Biasanya pada waktu akhir ditanami, ladang tersebut ditanami tanaman tahunan seperti karet atau kopi sebagai bukti bahwa ladang tersebut telah ada yang menguasainya, dan berfungsi sebagai batas apabila di kemudian hari akan dibuka kembali.
Dari gambaran di atas, dapat disimpulkan pada lahan ladang ini petani tidak melakukan usaha pelestarian kesuburan lahan. Peningkatan produktivitas lahan terjadi secara alami saja, karena itu apabila pengembalian produktivitas tersebut tidak berjalan dengan baik, maka menimbulkan padang alang-alang secara meluas. Ladang lahan ini banyak terdapat di Sumatera bagian selatan, Lampung, dan Kalimantan Selatan. Sistem usaha berladang (shift-ing cultivation) ini merupakan salah satu usaha pemborosan sumber daya alam tanah.
2)      Tegalan : kelanjutan dari system berladang, hal ini terjadi apabila hutan yang mungkin dibuka untuk kegiatan usaha pertanian tidak memungkinkan lagi. Lahan usahatani tegalan sifatnya sudah menetap. Pola tanam biasanya campur atau tumpang sari antara padi ladang dan palawija (jagung, kacang-kacangan, ubikayu, dll). Di lahan tegal biasanya hanya diusahakan pada musim hujan saja, sedangkan pada musim kemarau diberakan (dibiarkan) tidak ada tanaman. Pada lahan tegal, usaha pelestarian produktivitas sudah ada dengan cara pemupukan meskipun terbatas pada saat ditanami saja, sedangkan pelestarian selanjutnya berjalan secara alami, atau dibiarkan tumbuh tanaman liar, yang selanjutnya dibabat pada saat akan ditanami kembali dengan dengan tanaman ekonomi. Produktivitas lahan ini umumnya rendah dan tidak stabil karena keadaan topografinya tidak mendatar dan tidak dibatasi oleh pematang atau sengkedan penahan erosi.
3)      Kebun : lahan pertanian / usahatani yang sudah menetap, yang ditanami tanaman tahunan secara permanen / tetap, baik sejenis meupun secara campuran. Tanaman yang biasa ditanam di lahan kebun antara lain kelapa dan jenis buah-buahan, seperti mangga, rambutan, dll.
4)      Pekarangan : sebidang lahan usahatani yang ada di sekitar rumah yang dibatasi oleh pagar tanaman hidup atau pagar mati.  Tanaman yang bisa ditanami di pekarangan adalah buah-buahan, sayur untuk memelihara ternak unggas atau terbak kecil, seperti kambing dan biri-biri.
5)      Kolam : lahan usaha basah tetapi ada di lingkungan kering. Kolam dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu kolam air diam dan kolam air deras (running water). Kolam biasa digunakan untuk memelihara ikan atau katak hijau. Usahatani di kolam biasanya dilakukan secara kontinyu dengan periode produksi sekitar 3 -6 bulan. Jadi dalam setahun dapat empat atau dua kali panen, ikan yang dipelihara di kolam biasanya secara campur atau secara tunggal / satu jenis ikan. Usahatani ikan di kolam ada yang bersifat komersial dan ada juga bersifat hanya untuk keperluan keluarga saja.
6)      Tambak : tempat usaha pemeliharaan ikan yang airnya payau (campran ai laut dan air tawar). Lokasi tambak umumnya di daerah pantai. Jenis ikan yang dipelihara di tambak, antara lain bandeng, udang, nila, baik secara tunggal atau campuran.



Dikutip dari:
http://indaharitonang-fakultaspertanianunpad.blogspot.co.id/2013/10/jenis-jenis-lahan-pertanian-berdasarkan.html
 

Blogroll

cursor

Cute Rocking Baby Monkey

About